PUISI MENOLAK KORUPSI

PESTA KEANGKUHAN
; topeng berdasi--
Telah datang orang-orang dari istana
setiap pagi tiba dengan membwa mobil plat merah
setiap waktu mereka mendebat, menyuap, menyergap nafas rakyat
ingin ku datang membakar licik binatang jalang itu
dengan kabilah pedang.

liaar, liaar, liaaar!
tangkap! tangkap! tangkap!
jangan sampai lepas!

pasca pembangunan orang-orang ingkar itu bersatu
menimbang kebenaran dalam wujud komunikasi lidah
dibalik meja yang megah, dikursi yang empuk mereka bersandar
bertakhta asas kebenaran
padahal wujudnya kesengsaraan

saat itulah kematian-kematian dimuali
hatinya menghitam, mengeras
katanya kepala daerah, namun hidup memperpecah
katanya wakil rakyat, namun menindas rakyat
katanya pelayan rakyat, namun pengingkar rakyat

wahai pelacur angka
kemarilah berdebat tentang siksa neraka
mulut mu akan dibungkam dijerat api
yang membakar, menikam

kembalilah pada ayat-ayat tuhanmu
pada hiduplah kita berguru
pada ilmlah kita menapaki mimpi

Semarang, 2 Maret 2017.

IBU BILANG, JANGAN JADI DEWAN

Saat kecil ibuku mengajari arti kehidupan,
dan janganlah mimpi jadi segolongan dewan
sebab jika hidup berguru pada angka-angka pastilah hati akan hitam dan sirna
ibu menceritakan kemegahan indonesia,
yang indah serupa serambi surgawi

gunung, lautan menjadi mahkota negeri ini
burung-burung berdansa diatas pohon mahoni,
 para gajah mengelus badannya
para petani memupuk padinya

o, indonesiaku
o, negeriku

kini keindahanmu telah pulang
merahmu tak lagi nganga iatas tiang
rapuh,
karena teror korup melambung mengakar di organ-organ dewan

kemiskinan merajalela, para dewan asik tertawa
politik macet dan angkuh memperkeruh

bangunlah jiwa-jiwa merdeka
marilah kita berdiri melawan kengerian negeri ini
ini puisi lahir dari jejak luka
akan mengutuk dan mencakar

suara-suara dari desa akan mengancam
lebih panas dan membara
seperti siksa neraka.

Semarang, 2 Maret 2017.

Oligarki Nepotisme

Zaman telah sunyi, negeri indonesiaku
dimana keadilan sebatas permainan
korupsi adalah musker harian
orang-orang elit menyuap disuap
mencipta aji-aji,
memanfaatkan dana dengan modus lain
tanpa pertangungjawaban yang transparan
kepala daerah bupati, walikota, gubernur
ia hanyalah umat yang fana
diistana yang sangar, megah
tangan dan kakimu usil sembunyi
membekukan keadaan dengan satu arah
setiap ajang perlombaan kau datang ditengah keramaian
hatimu mengulik manipulasi sisa APBD kota
diwaktu lain proyek kau bangun kembali
dengan wajah berapi kau usil manipulasi perizinan
perutmu yang damai penuh penyakit
lakumu keji laiknya bedebah neraka
kaum tani, 
kaum buruh ,
kaum nelayan 
kaum guru hanya tinggal nama
-- ia menderita kepanasan
waktu senyumpun sepi
pecahan kata hati meracik puisi
memuja tuhan khusuk penuh harap
kebenaran haruslah datang
dan keganasaan haruslah dimatikan


sebab hak milik rakyat harus diprioritaskan dengan cinta
untuk kemakmuran negeri suci
o, indonesiaku
o, garuda pertiwi
engkau janganlah pulang dulu, sebab aku di sukmamu
mengiring jejak penuh khidmat yang tertancap.

Semarang 27 Maret 2017.
















Komentar

Postingan Populer