Sekumpulan Puisi Muhamad Arifin - Sajak-sajak bulan Desember

Sekumpulan Puisi Muhamad Arifin - Sajak-sajak bulan Desember



1.
tubuh meringkuk
senja melamun
tubuh gigil
merebut naskah-naskah ingatan.

2.
beberapa puisi terbit dari wajah-wajah peneguk tanda
semoga dalam asta-asta yang meramu doa.
261216

3.
dan, tidurlah membawa mimpi-mimpi sepagi tadi
semoga lekas terbangun dan segera
menyapih kata.
itu saja.

4.
Sebab kehadiran kata-kata ia memulai langkah baru, meski labirin sunyi dan beberapa diksi memucat sunyi
Dan setidaknya usaha dan gerak hidup bisa mencerminkan persetubuhan persamaan asa
Dan semoga ; tubuh-tubuh kita di rayakan sebuah tanda

5.
Jika kau pergi tolong tinggalkan secarik kertas
Dan tulis sebaris kenangan
Meski hari ini wajahmu serupa sunyi.

6.
sepanjang jalan 
ada matamu
dalam diam wajahmu mencekam
namamu baris di sajak-sajak malamku.

7.
Matamu akan pucat kaku
Ketika benih-benih kau redupkan
Seberapa jarak namamu dengan semesta?
#obrolanmenjemputsenja

8.
Sajak Memburu Semangat
:
sambutlah pagimu
janganlah bersedih
lihat mentari itu
ia datang memberi cinta
dan, jalankanlah kakimu
menjemput waktu
karena cakrawala sudah menantimu
dan ingin bertegur sapa atas nama dunia.
pacu, meski lumpuh katamu!
131216.



9.
Airmataku kembali merintih
langunan syair al-barjanji,maulid simtudduror
menjadi pengikat erat sukmaku
ya, rasulullah...
rinduku sungguh teramat dekap
malam mengguyur cinta
kuingin firdaus suci
bersamaMu dan sahabatMu..
ya, rasulallah..
semoga aku termasuk umatmu
dan golongan iman lahir batin
Shollu Ala Nabi Muhammad.
Semarang, 12 Desember 2016.

10.
dan teruslah tersenyum, hilangkan resah dalammu
meski kini mentari tak lagi menyimpulkan kenang
dan, berjalanlah meski tertatih
janganlah lupa
dan selamat berkaryaa.
itu saja yang kuminta.,.

11.
Lagu semu diperbatasan kota menggilas sukma-sukma cinta
kulihat terik mengucur siang tadi dan senja lapuk diperbatasan harapan, garis waktu memberi secercah pusaka
dan andai matahari mesih setia pada kaki-kaki
menuggu kaum-kaum tuk ada dan berbicara pada suatu masa.

12.
Dari bilik luka wanita-wanita bernaung rindu
Senja melipat rasa dan kelam penghantar mesra dan apakah rindu yang sebenarnya tersimpan dalam waktu yang ngilu?

13.
KEPADA PELANGI
Berikan aku masa
Untuk menyimak degup cinta
Dimana matamu kini
Kemarilah junjung pelangi
Menemu di kota tua yang menciptakan aneka retak suasana.
Semarang, 5 Desember 2016

14.
dinegeri ini waktu kembali menyemai padi
para petaniku menjelma angin-angin pagi
tebar-tebar untuk kehidupan
hidup yang layak meski mengoyak.

15.
SAJAK MEMANDANG GERIMIS KOTA
Setelah gerimis memucat di pagar kota
Kopi dan kata menjadi saksi pertikaian hening
Gejala-gejala timbul dari mata manusia
Mengikis keindahan
Dan pemburu laku itu apakah mengandung luka?
Sebab ia mengunyah pintu loker istana
Sudah menatap kegelisahan waktu
Ia serupa belati mencabik sendiri
Mati melepuh api jahannam.
Semarang, 02 Desember 2016.

16.
WAKTU MENJELMA TANDA
engkau tetap jadi kenangan
meski hujan kali ini jadi sepi
matamu kembali tumbuh disela merindingnya waktu
kau bernah berfikir?
usia saja tak menjadi api
dan mekar pekaranganmu menjadi sunyi
rumah dipinggiran kota menangis
menceritakan keadaan-keadaan manusia
hingga terbitlah puisi-puisi
menyelinap dan menyapa
memberikan aroma puitisnya
kedalam jiwa-jiwa yang haus
kembalilah ke awal perjumpaanmu
saksikan naskah-naskah dari berbagai warna
dan kau hanya mengingat
diriku ini duduk di zaman apa
wakutupun sujud mellingkar
tanda-tanda bermunculan kembali.
Semarang, 30 November 2010.

17.
SEBUAH SAJAK TIBA
kulihat pagi bertahta dalam jiwa
kulihat senja merampas tenaga
kulihat malam bercadar rembulan
i n i p e r t a n y a n!
sendiri melihat tawa-tawa
pertikaian berebut wajah keserakahan
ini jalan apa?
tangis, dendam meraja singa
keakraban hangus sia-sia
kita dilahirkan membetuk kerukunan
petani nelayan buruh
penguasa adalah saudara
hidup memanusiakan kebijakan
ada yang meluka
dari dalam media
marilah mengudara
memerdekakan manusia
perubahan moral adalah keinginan
kejayaan adalah muara cinta
terbentang luas jagat raya
kita perlu mengisi ruang panjang
melihat tanah peradaban
kita satu bahasa
kita satu bendera
kita satu pemuda-pemudi
Indonesia merdeka
ideologi pancasila
tuhan
semoga jalan cinta penuh doa
mengabdi bersama
untuk bhenika tunggal ika.
Semarang, 02 Desember 2016.

18.
SAJAK LUKA NEGERI SENDIRI
: P - R
terekam berbagai luka mengiris pribumi
ini perkara dan siapa pelakunya?
tangisan orang-orang pinggiran digardu tua
anak-anak menggerutu dahi
jika pimpinan yang layak haruslah sadar
seberapa tangis mengiris itu
mungkin matanya berdebu rupiah
ya? ini kehidupan
ini sudut perenungan
kenapa aling cakar
yang dibawah semakin tergilas asanya
yang diatas menjulang gila
bukan seberapa tingkat sarjanya
tapi, hukum alam yang nyata adalah kebersamaan
ini masa cinta bukan keserakahan dunia
jika hidupmu masih menyandang lagu itu
maka, matilah dalam keadaan sepi
dan udara mu berbau belukar
pikir sebelum tergusur iman pengabdian.
Semarang, 07 Desember 2016.

19.
EPITAF MENGELUPAS
matamu mengunang dalam epitaf purnama
kaki-kaki menyeruak ilalang
sepi getir gerimis mimisan
lalu ada jeritan nuklir katanya puisi perpisahan
ada pelor lepas bak candu permainan
dewa-dewa singa bersenda orkestra
angin desis
tumbang matamu
sementara nafas puisi nganga
jalanan petang,
gemuruh menyamar anai-anai melodi keras
jejak usia terbaca dinding senyap
kembali mengingat dalam sauh
peri itu menyaksikan kematian-kematian
tubuh-tubuh mengelupas
bumi bersandar luka
puisi itu menjadi perekam gejala yang ada.
#SurauMetropolitan
22 Desember 2016

20.
SENDIRI SEPI, AKU MENCARIMU, MERACIK CINTA DAN DOA PADA-MU
fajar merambat pagi
jam berdetak ngeri
tubuh-tubuh masih terlelap dalam mimpi
sendiri ini dalam diam
wirid asmaMu membekas dalam lubuh sauh
diatas langit rindu
aku munajat padaMu
embun perlahan menetes
jalanan sepi
rerimbun pohon dingin membaca ayatMu
Rabb-ku
bukakan ilmu pengetahuan kami
dimana kaki berjalan selalu dalam perintahMu
dan jagalah dari kejamnya hidup ini
sendiri sepi
membalut cinta
merekam jejak suasana
sajak indah dalam sperempat malamMu
menitahkan puisi baru
perjalanan jauh
ingat dan merintih perih dosa ini
lembaran doa mengiringi taubat kami
ibadah hidup kami
menyatu dengan gelar khusnul khatimah
tersedu sukmaku diatas sajadah suci
menyulam dosa-dosa yang fana
lindungi hamba selalu
kelak sujud syukur dalam mimbar surgaMu.
(Semarang, 15 Desember 2016, Muhammad Arifin)

21.
LEKASLAH HIDUP DALAM PERINGATAN
; sajak garis kehidupan
kuingat lagi hidup
ditanah yang sama pribumi indonesia
jajaran usia dan mata pusaka
aku dilahirkan di sudut perdesaan jauh dari riuh metropolitan
sekarang usiaku hampir memasuki dewasa
ya sembilan belas tahun umurku
tapi yang kulihat saat ini kekejaman menjadi tombak dari berbagai kalangan,
jika aku mereka keadilan yang nyata
makabuku mengajariku arti sebuah belajar yang berapi
namun, sesama tanah ada pertikaian
antara atasan dan bawhan
dan, hukum yang mana akan menjadi senjata utama?
apakah harus dengan kematian
apakah harus dengan kerusakan
dan apakah duniaku tergilas pelaku candu yang ngeri?
pertanyaan sederhana dalam hidup
engkau kembali ke muara apa?
surga atau neraka?
ya, fikirkan atas segala cela semasa singkat hidupmu
kutitipkan puisi cinta ini
adapun masa semoga menjadi letupan kasturi ndalam sanubari lekaslah mewangi serupa melati.
(Semarang, 12 Desember 2016, Muhammad Arifin/ Arief Manba )



Komentar

Postingan Populer