CATATAN DARI HATI KE SUNYI

CATATAN DARI HATI KE SUNYI
Dari kemarin Jum'at  rasa dendam dan iba kupusingkan menyakitkan, hidup bersama dalam satu atap kekeluargaan. perkenalkan aku arief seorang mahasiswa pinggiran tepatnya di kota purwodadi sekrang aku tinggal di Semarang menjadi Takmir di kampus, ya rasa syukurku ketika aku menapat beasiswa dan rasa syukur dan percaya diri ku siapkan untuk mengabdi di kampus menjadi muadzin pelayan umat dan hal-hal berbau agama semua aku pelajari. aku hidup dalam kesendirian mungkin orang-orang penghuni kamar wujudnya berbeda-beda dari segi sifat,karakter ya.namanya manusia kadang begitu, namun kupkir kok kenapa ya? orang berdiam diri mengurung sepim kan ada baiknya jika duduk diskusi membahas gejalagejala hari ini. bisa dilihat orang tersebut sudah kuliah dua tahun ini, ya wajahnya lugu dan wibawa, tapi kok kenapa dalam ajang diskusi dalam satu kamar tak bisa kadang pula aku menydorkan pertanyaan namun ia menanggapi dengan tidak  erima tentang ulasan pendapatku. ya mungkin dari kecilnya kurang kasih sayang dan perhatian sebut saja Mr. D senyumnya lebar,ramah tapi menyakitkan ya polos jika diajak berfikir.
ada lagi temenku jika bicara hukum dan tatanan negara paling hebat, debatpun tidak mau kalah serasa dunia miliknya sendiri maklum anak hukum, namun realita dibalik itu nol besar aku tidak akan menyalahkan siapa orang dan apa gelar yang ia sandang namun implementasinya seperti apa. kadang aku mengkritik dirasa aku salah dan berkali-kali ia mengharapkan argumennya selalu menang hampir mirip sama Mr. D sebut saja ia Mr. G orang bengkulu dengan wajah mengerikan masih terbawa adat dan karakter keras ketika di jawa aku harus menempatkan karakterku didepannya, lantaran jika aku ambil nyerang saja aku di bungkam dengan logika-logika yang entah benar atau salah itu. ya manusia dengan wajah berbeda selalu aku bersyukur dan menegadahkan tangan kepada pencipta alam. aku ditempatkan di ligkup pertemanan yang berbeda jauh dari ajaran pesantren. jujur aku masih merekam jejak nyantriku ketika di Purwodadi, Mranggen Demak. disitulah hidup dan hidup diujikan dan aku salah satu orang ya, siap perintah dengan guru dan kiyaiku selepas itu kulipat lagi dan ku kunci dalam otakku kuberi judul '' santri ngopi, ya alasan yang indah ketika aku memaknai itu
bulan berganti tepatnya Februari ini, aku merasa sunyi melamun dan gairah menulis jadi down. orang di sekelilingku merasa benar. aku ingin duduk mendiskusikan sebuah masalah namun dimana orang-orang yang peduli dengan alam sekitar. ya, kita minim dalam dunia pergerakan dan jika kita luhat potret indonesia jaman dulu pastilah kita menangis dan akan takut kematian. disini hidup seba mewah serba kecukupan namun hal semacam kesadaran dalam sesama masih kurang dan ini alasan aku harus bertahan dan menyimpulkan realita-realita kematian pemikiran yang tandus akan kekelargaan. hatiku berkata ''Buat apa menjadi pemburu ilmu, jika dalam proses pemikiran selalu seperti hewan dan binatang''
Semarang, 18 Februari 2017.

Komentar

Postingan Populer