AKHIR FEBRUARI DALAM PUISI


SABDA-MU; JALANKU
Seiring waktu, jalanan dan keresahan menjadi mskanan harian.
pergolakan saling cakar sudah menjadi tradisi manusia
padahal ini hidup,
satu-satunya waktu untuk istirah
biar diambang kalah,
bukan karena miskin,
namun, tuhanlah yang mengingat gambaran 'hidup'
sebagai penolong jalan
ialah sujud dan tafakkur
banyak kematian pelecehan
mengudara.
sementara yang ia sandang
wujud anyaman kematian
tuhan,
masihkah aku berada dalam nihil waktumu
tuk berpijak
menggapai kalimat-kalimat
tenggelam dalam sajak
tuhanku, aku pelacur hidup
dimana-mana aku
menjelma angin-angin
yang megutuk perihal tintamu
tuhanku,
ijinkanlah jiwa ragaku
mengamini sabda-sabdamu.
(Semarang, 27 Februari 2017, Muhamad Arifin)

AKU MEMOHON; YA ALLAH
Dalam kegelisahan yang memuncuak
nama-Mu selalu ku raba
ya, allah
dalam malam aku memandang langit-Mu
menghitung beribu-ribu dosa yang ku lancangkan setiap waktu
ya, allah
aku berjalan di keramaian
orang-orang sibuk menertawakan oranh lain
sedangkan aku
duduk mencintai malam
ya, allah..
dalam pejam wirid ini berpacu
seolah hidupku, adalah petilasan ngunjuk saja
dan pada akhirnya roh-roh ini kembali
hingga, zaman akhir tiba
membangkitkan segala yang ada
dan kebenaran akan bercahaya
sedang berdusta melacurkan ketakutan-ketakutan di api neraka
ya, allah
aku yang sepi
masihkah aku tergolong hamba yang setiap saat ingat pada-Mu?
ya, allah..
dimanapun berada asma-asma-Mu
kusandingkan dalam wirid kedamaian.
Semarang, 26 Februari 2017.

TUBUH MAWAR; TIGA MALAM
dan gerimis memucat di tubuh mawar. rembulan mengakar dan malam kembali bersemi
tuhan,
dalam keretamu. dan angin-angin waktu meyatu dalam tiga malam.
syukur hening mngaliri hati-hati yang berapi.
Negerisantri, 25 Februari 2017
hatiku tak kemana-mana
cukuplah di depan pintu
dan beberapa sajakku
turun mengalir dijalan-jalan
ia akan membakar wajah
yang latah
nganga!

KALENDER MUSIM MUDA
dilema dimatamu seperti lagu-lagu
dan senandung lirih kecipak gerimis menyajikan gigil debar
ketika jalanan macet para pencari diskon sebuah kota
meniduri mimpi-mimpi
dan setelah perayaan musim berakhir dua rindu itu bertemu
ditepi kali mengalir
engkau berkata ''Jika aku mati nanti tolong siapkan epitaf cinta".
selepas itu angin pucat pandang gelap.
tangis-tangis kembali membanjiri gubug-gubuk tua
dan pagi menjelang
lumpur jadi santapan
dan meringgkuk dipengungsian.
Semarang, 20 Februari 2017.








Komentar

Postingan Populer