sajak-sajak bulan Januari 2017 Muhamad Arifin.

sajak-sajak bulan Januari 2017 Muhamad Arifin.




SANDANG RUANG
telivisi rumahku merah 
pukul enam lebih berjalan
ada tamu di dalamnya
berbicara mendamba isu
hari ini
selalu di panjangkan
entah menembus abad apa
telaah ruang itu
sandang gelar
hilang
sungai-sungai muncul
mengalir sendu
ya, apakah kau bisa mengenangnya
dalam cinta untuk sesama?
kemudian berlalu
lampu merah itu semoga menjadi peringatan yang benar
S e l a m a t m e r a y a k an p a g i.
05 Februari 2017.


MENGENANG WAKTU
Hujan, aku mencintaimu
Meski ada sakit di ransel waktu
Dimana-mana aku duduk sendiri
Dan, aku menyisakan kenangan 
Bukan malam yang hilang kataku.
Ada tangis mempercepat lajuku
Kuingin hujan. Renyai puisi ini menjadi saksi
Dikota, masih saja wajahku mengantri mengisi formulir-formulir keabadian. Hujan, biar kisah ini tidak sembunyi di wajahku.
Ya, bukan karena mati di sisa kopi ini. Langkah masih saja kusulam dan kemarilah mencuci harapan. Hujan, mari mengenang.
31, Januari 2017
(selayaknya hujan pedihku yang hilang, selamat merayakan harapan)


PRIHATIN
Lelaki berkerudung duka itu menginap semalam di gubug tua.
Mengendus-endus batinnya
Kota yang ia tempati mati
Sebuah pagi menyambut 
Perjalanan panjang ia tindihkan
Berjalan menyandang doa
Bahkan kesaksian roda zaman,
Namun kesendirian membunuhnya
Kerenda manusia tiba-tiba adu keimanan.
Sebuah koran bertebaran dijalan-jalan serta lakon kita. Mengabarkan tidak lama lagi, gelisah ini menjadi pertikaian yang sesal.
debu-debu masih mangapung di jarik bermotif tua.
Sementara kisah-kisah itu muncul di mata bertabur nisan jingga.
Januari, 2017.


berbicara dimuka, kutatap pagi dan berkas senyum embun syair suci kau dendangkan.
mungil parasmu menjebak syahdu
dan hal-hal pekan lalu masih kau peras dalam tawa.
Ah, kutanya melati,mawar, merekah diantara waktu bersamamu.
kataku, dapatkah sepasang malam itu menyatu dalam naskah januari? yang pelan-pelan kau raba. dan kerinduan itu turut menjelma ..
kotakata, 28 Januari 2017.



berbicara dimuka, kutatap pagi dan berkas senyum embun syair suci kau dendangkan.
mungil parasmu menjebak syahdu
dan hal-hal pekan lalu masih kau peras dalam tawa.
Ah, kutanya melati,mawar, merekah diantara waktu bersamamu.
kataku, dapatkah sepasang malam itu menyatu dalam naskah januari? yang pelan-pelan kau raba. dan kerinduan itu turut menjelma ..
kotakata, 28 Januari 2017.



-

membaca setiap perjalanan
dari bawah keatas, samping kekiri 
kematian mendekat
ratap,senyap 
didepan kerenda ada tangis 
para pendoa mengingat alpa-alpa kemarau
mensucikan di masjid-masjid atap malam..
Semarang, 7 Januari 2017

Aku anak petani
dari desa kecil yang lusuh
namun mak, aku takkan menyerah
dan aku membakar malam
dan kusuguhkan bintang-bintang
disetiap malammu mak,
teruslah bertani mak
tanam-tanam kebaikan
meski gaji sedikit itu berkah mak,
syukur dan sabar adalah hal terbaik mak
selamat menjemput pagi dan pergi ke sawah.
Semarang, 10 Januari 2016

SAJAK UNTUK INDONESIA
Aku berjalan diantara pulau-pulau luas
Dengan wajah-wajah yang nyata
Penduduk-pendudukku memunguti hasil panen
Menjual dengan ramah impinya
Peradaban ini perlu kita jaga
Satukan gejala-gejala dan kita disini haruslah mencatat luka-luka rakyat
Indonesia adalah cerminan kita
Menjaga, menjaga, menjaga
Meneruskan darah-darah suci
Demi anak cucu kita
Pertahankan dan suguhkan citra suci dalam puisi-puisi api yang luruh menepi di bujur pertiwi.
Semarang, 10 Januari 2017.

KEMATIAN SEBAGAI TANDA
dan sendiri, membakar kata ia bernama kematian
dan bayang-bayang kerenda menidur cungkup
pertemuan mungkin segaris tepi
hati menjilat gigil lampau hijau kota
buru-berburu, tanpa mengaduk istirah sunyi
baiat-baiat tubuh menyaksikan alam kedua, datang dua penjaga
badik suku bugis berapi, bahkan penanya; menampilkan orkes-orkes pencabulan
engkau pasti ingin tidur di pagi hari, lantaran biasanya tuan nyawamu berdongeng tentang hitamnya tanda
kini, kau perlu menyasikkan sendiri makam-makam bercadar keramat, kemudian epitaf jum'at lari maraton
mengendus aroma mawar dari orang berumur.
dan kematian ini kata-kata terakhir
beberapa tulisan bijak yang kau gali. dan puisi malam rindu malam yang seolah itu permohonan lantaran dirimu : mati suri atau sebatas kopi di sulut semut-semut, luka..
Semarang, 12 Januari 2017.

PEMELUK RINDU
:Pemilikkota
Maka, dari pertemuan singkat itu kita musti mendapatkan materi
Suatu pagi adalah kunci. Persembahan kata dari kanvas cinta
Dimana-mana titik rindu mendera
Lain waktu kita terjun menjamah tirai-tirai baru. Sebab kedatangan waktu timbul manakala ikatan merangkap doa yang sama. Dan itulah garis keutuhan rindu.
Semarang, 14 Januari 2017.

AKHIR PERBINCANGAN RINDU
Ketika hari-hari adalah tamu yang kita nanti, dalam kenang bayang kota wajahmu melangkah di depan pasar tua. Gerimis mencucui genting sedikit tajam. Kutemui jejeak senyummu di batu alam. Menggendong asa dan rangakian kata. Namun kau hilang di bulan-bulan pendekatan. Tanpa pamit kau taruh ransel malammu pada bintang
Aku masih berjalan, memikul kejam,usang, dan api ketakutan
Sementara kau terus berbisik pada pada rayu debar. Aku sendiri menulis kerangka kota dan tubuh-tubuh kata. Hingga kau bangkit duduk disampingku. Itu saja dari-ku jika kau bertanya.
Semarang, 14 Januari 2017.

SIASAT KEMATIAN
:sama-sama jangan ada luka
inilah waktu, dan siasat jalan panjang, kecemasan wajah satu cungkup menindih bumi
diatas langit tuhan memberi peringatan. saling kejam, padahal roda kita di terminal yang sama.
namun kegelapan itu sunyi.
akhir kata demi waktu pula
naskah itu di publiskasikan
dan, para burung mengumpat di sela grimis beku. ketakutan. kematian
seolah ia tak memjang jarum pas
lantaran api dunia meyambar dan pertanyaan itu menjadi kembali.
yang ia temu keabadian atau panjang kegelisahan persinggahan.
nyata.
KarangAwen, 15 Januari 2017

kata-kata ini bangkit lagi
dari jendela kaca. dan kanvas yang mati mengayun kecipak arloji
demi waktu, kini aku dan memahat paragraf marampas segala sunya-ruri.
220117

aku takut, jika suatu hari nanti kebenaran disalahkan
dan keangkuhan diunggulkan. aku takut keadaan yang menyiksa pejalan pagi, petani, buruh , ia adalah keluarga kami, namun aku sangat takut, bila pandang katanya di tikam kaum yang katanya tanpa hutang, katanya. aku perlu menjaga.

Presepsi Cinta
engkua jangan bersandar diantara cinta, jika kedua saling bunuh sangka, dan kemaslah kerinduan kata jangan sampai usang, jika kau ditakuti rasa kesal, jemu, perih , maka lepaskan-lepaskan perjalanan itu, cinta semacam itu tak ada garis-garis dimana sayang yang katanya kasar adalah perhatian, ya. engkau duduk diantara presepsi yang mana? atau cintamu meniru lagu-lagu sayu dan film-film konyol dan membosankan. kembalilah pada cinta yang mengeja setiap luka-luka yang kita punya, maka bagiku mencintai adalah kesakitan dalam album kekosongan, itu saja yang ada.
23 Januari 2017.


Komentar

Postingan Populer