Muhamad Arifin -Puisi-Puisi Bulan November 2016

Muhamad Arifin -Puisi-Puisi Bulan November 2016

22.
R.I.N.D.U
kau tampak diam
kau rapat dalam kenang
kutulis puisi perjumpaan
ingatkah keadaan?
cukup itu pesan keramatku.

23.
menemu senja meliput duka
istirah dalam usia
dimana asmara?
majnun!
kenapa kau musti memburu cinta itu?
lihatlah-lihat
kenari itu menari
masihkahkau merasa sunyi?

24.
Sajak Cinta
Kau memburu cinta terluka
langkah lemah resah
buta mata
kecewa.
Seandainya
puisiku berlagu
aku akan menikahimu
jika tuhan mengjinkan aku

25.
Pertemuan kini memucuk waktu
adakah binar menggelar cinta
pada malam-malam agung?
dan dimana ia menyusun pertapaan panjang?


26.
Engkau rela
dan ada
pagi tiba
menjemput cakrawala
berilmu
wibawa
Selamat Hari Guru
--------------------------------------------------------------------------------

-Puisi-Puisi Bulan November 2016

22.
R.I.N.D.U
kau tampak diam
kau rapat dalam kenang
kutulis puisi perjumpaan
ingatkah keadaan?
cukup itu pesan keramatku.

23.
menemu senja meliput duka
istirah dalam usia
dimana asmara?
majnun!
kenapa kau musti memburu cinta itu?
lihatlah-lihat
kenari itu menari
masihkahkau merasa sunyi?

24.
Sajak Cinta
Kau memburu cinta terluka
langkah lemah resah
buta mata
kecewa.
Seandainya
puisiku berlagu
aku akan menikahimu
jika tuhan mengjinkan aku

25.
Pertemuan kini memucuk waktu
adakah binar menggelar cinta
pada malam-malam agung?
dan dimana ia menyusun pertapaan panjang?


26.
Engkau rela
dan ada
pagi tiba
menjemput cakrawala
berilmu
wibawa
Selamat Hari Guru


LILIN TELAH BERDOA
ketika mata lilin itu merengkuh api-api rembulan
angin menyamar bau asin menghidupkan orang-orang mati
atap, jendela, gorden mabuk melafalkan gemuruh 
sementara tanah itu memucat tubuh bidadari yang gigil
kaus-kaus yang ia kenakan terluka sinis
dalam air yang sauh para pendoa menulis puisi diatas gelombang parau mati
kamera-kamera membidik
seorang anak kecil hatinya tidur. lelap
namun jemari-jemarinya seolah mengetuk langit
lantaran malaikat-malaikat memberi asi dari kehidupan surga
ibu, ibu, ibu,
malaikatpun tersenyum. ''sudahlah engkau akan besar dan kembali pada tanahmu''
lekaslah tanda itu mencekam orang-orang luar serupa iris belati. picik matanya
demi hari; para pendoa menjelajahi khasiat kata
semoga ujian dapat kufikirkan. bukan remidial lagi untuk kematian ini.
(

Semarang, 26 Desember 2016, Muhamad Arifin)
 

Komentar

Postingan Populer